PADANG — Museum Adityawarman bekerja sama dengan Universitas Andalas menyelenggarakan pameran regional Sumatera bertajuk “Sumfest (Sumatra Manuscripts Festival) 2025, sebuah pameran temporer yang mengangkat khazanah iluminasi naskah sebagai warisan intelektual dan seni visual, dengan serangkaian kegiatan budaya yang direncanakan akan berlangsung pada tanggal 21–30 Juli 2025 di Museum Adityawarman, Padang.
Mengusung tema “Menyingkap Warna, Menjaga Warisan, Menghidupkan Naskah,” Sumfest 2025 menghadirkan koleksi filologika, khususnya naskah dengan iluminasi, dari berbagai daerah di Sumatera, termasuk koleksi naskah dari Museum Aceh, Museum Pedir (Aceh), Museum Negeri Sumatera Utara, Museum Daerah Riau Sang Nila Utama, Museum Mande Rubiah (Sumatera Barat), Museum Adityawarman Sumatera Barat, Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa, Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai,” dan Museum Ketransmigrasian Lampung.
Tak hanya itu, koleksi filologika dari sejumlah surau tua di Sumatera Barat seperti Surau Simauang, Surau Tuo Taram, dan Surau Syech Mato Aia Pakandangan turut menjadi bagian dari pameran, memperkaya keragaman representasi naskah kuno Sumatera.
Sumfest tidak hanya menjadi ajang pameran semata, melainkan juga ruang perjumpaan antara masyarakat, akademisi, dan pegiat budaya melalui berbagai program yang atraktif. Di antaranya, peragaan busana bertema iluminasi manuskrip Sumatera, tur museum dan wisata budaya, serta penampilan kesenian tradisional.
Bersamaan dengan berjalannya pameran, Museum Adityawarman juga mengadakan lomba-lomba yang menarik, seperti Lomba Mewarnai untuk Tingkat TK, Lomba Peragaan Pakaian Tradisional, serta Lomba Permainan Tradisional.
Ada pula kegiatan edukatif seperti Belajar Bersama Museum yang dapat diikuti oleh siswa-siswa dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari TK hingga SMA. Peserta dapat mempelajari kemuseuman dan seni budaya Minangkabau, dengan dibimbing oleh narasumber yang diundang khusus sebagai pemateri.
Di samping mengikuti kegiatan edukasi dan perlombaan, selama pameran berlangsung, pengunjung juga dapat menikmati kegiatan harian yang berlangsung sepanjang pameran, yakni Bazar UMKM dan Belajar Membatik dengan instruktur dari komunitas Teman Tuli.
Pameran ini dilandasi oleh semangat pelestarian budaya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017, yang mana naskah ditetapkan sebagai prioritas kedua dari sepuluh objek pemajuan kebudayaan nasional. Keberadaan manuskrip serta keunikan iluminasinya tidak hanya menjadi jejak peradaban, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan, nilai estetika, dan kekayaan desain visual yang layak diangkat ke ranah industri kreatif.
Melalui Sumfest 2025, Museum Adityawarman dan Universitas Andalas ingin mengenalkan iluminasi naskah Sumatera sebagai warisan budaya Nusantara, agar dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian dan digitalisasi manuskrip guna memastikan kesinambungan pengetahuan dan estetika yang terkandung di dalamnya.
Keterlibatan berbagai unsur masyarakat seperti akademisi, peneliti, praktisi kreatif, hingga masyarakat umum diharapkan dapat mendorong kolaborasi antarpihak dalam melestarikan budaya naskah Sumatera, agar dapat mengembangkan inovasi batik berbasis iluminasi naskah untuk berbagai industri kreatif, serta menguatkan inklusivitas pelestarian budaya melalui keterlibatan komunitas difabel rungu.
Sumfest 2025 adalah langkah nyata dalam merawat khazanah budaya filologika Sumatera dan menghadirkannya sebagai warisan yang relevan di tengah dinamika zaman. Melalui kolaborasi lintas wilayah dan lintas disiplin, Sumfest menjadi panggung perayaan naskah sebagai artefak hidup yang tak hanya dibaca, tapi juga dihayati dan dikembangkan, hingga ke iluminasinya.
Masyarakat yang tertarik untuk mengikuti kegiatan pameran ini dapat mengunjungi Museum Adityawarman selama pameran berlangsung, yakni pada tanggal 21–30 Juli 2025 (kecuali Senin, 28 Juli 2025 karena hari libur museum).
Harga tiket masuk untuk dewasa hanya Rp. 5.000,- per orang sementara untuk pengunjung anak-anak hanya Rp. 3.000,- per orang. Khusus untuk acara Pembukaan Pameran pada tanggal 21 Juli 2025, pengunjung digratiskan masuk ke Museum Adityawarman.
Kepala UPTD Museum Adityawarman, Dr. Tuti Alawiyah, S.E., S.Pd.I., MA, berharap agar kegiatan pameran ini dapat menjadi sarana edukasi dan pelestarian warisan budaya filologika Sumatera.
“Dengan adanya pameran filologi Sumatera, diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat, serta iluminasinya bisa menambah khazanah seni, sehingga masyarakat juga dapat memanfaatkan dan turut melestarikan warisan budaya filologika Sumatera,”tuturnya.
Museum Adityawarman berkomitmen untuk menjalankan tugas sebagai pelestari warisan budaya dan penjaga warisan intelektual bangsa. Melalui penyelenggaraan pameran ini, Museum Adityawarman terus berupaya mendorong kolaborasi, keterlibatan publik, dan inovasi dalam pemajuan kebudayaan. (ira)