Oleh : Syaifullah*
Terlepas dari berbagai pandangan dan pemahaman tentang ABS SBK, ada sebuah titik temu bahwa kesadaran kolektif masyarakat minangkabau atas falsafah tsb bahwa filosofi harus diwujudkan dalam dunia nyata. Namun ketika pertanyaannya "Bagaimana pengejawantahannya (perwujudannya) dalam tataran aplikasi (Bapak Gubernur juga telah menyampaikan juga dalam rangka pencapaian visi dan misi pertama) disinilah diskusi yang hangat itu terjadi. Salah satu pendapat misalnya ABS SBK bahwa adat istiadat, adat nan teradat dan adat nan diadatkan harus menyesuaikan diri dengan "ADAT NAN SABANA ADAT" dalam rangka menerapkan pepatah " Syara' mangato adat mamakai" Kalau begitu, akan muncul pertanyaan selanjutnya, adakah pemakaian adat kita yang belum sejalan dan sebangun dengan Syara'? Untuk menjawabnya sudah barang tentu harus ada kajian yang mendalam dan melibatkan pakar-pakar yang kompeten (sdh ada dilakukan). Dan penulis setuju dgn jawaban "Masih Ada" misal tradisi membawa semacam sesajian ke pantai atau tradisi hindu manapati hari sedudah kematian"
Islam datang tak hendak untuk menghabisi kebudayaan yang berwujud ide gagasan manusia yang kalau di minang diformalkan dalam "kato pusako" atau sastra lisan. Seperti cerita rakyat atau juga berwujud perbuatan dan tingkah laku, misalnya dalam bentuk kesenian seperti seni pertunjukan randai, tari, seni musik rabab dan saluang, atau juga berupa hasil karya berupa benda, rumah adat, keris, patung dan sebagainya. Akan tetapi justru islam memotivasi manusia untuk berkreasi dan berimprovisasi. Namun islam menuntun manusia untuk memastikan bahwa segala sesuatu yg dipikirkan dan dirasakan sehingga melahirkan ide, perbuatan dan karya berupa benda tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama. Jika hal tersebut masih ada maka syariat berperan meluruskannya.
Dalam konteks ABS SBK versi ini, Dinas Kebudayaan dalam hal ini tentu menjadi tumpuan oleh banyak pihak (walaupun sebenarnya tanggung jawab bersama), untuk mengkajinya dan mewujudkannya dalam program dan kegiatan dan akan dilakukan).
Dapatkah ABS SBK diterapkan secara murni dan konsekwen? Dalam pandangan penulis secara gradul sustainable hal itu akan terjadi seiring dan sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat minangkabau terhadap islam itu sendiri.mari kita lihat dan kita ikuti perkembangannya.
*Penulis Kepala Bidang Museum dan Purbakala
Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat